Photobucket
Friday, February 09, 2007
SEBUAH SORE
Sebuah sore yang cerah, bersinar. Tidak seperti sore sore biasa, yang seharusnya. Aku bersandar pada dinding kayu besar yang hanya bertumpukan balok kecil. Di depanku sebuah meja yang juga terbuat dari balok, sudut kanannya menempel badan pohon ceri yang tak begitu besar.


Sendirian saja. Jiwaku terasa tak diam. Meliuk, melingkar lingkar dan lantas lenyap begitu saja dan berganti dengan lingkar lingkar baru yang susul menyusul, seperti juga asap rokok ini. Mengapa tak ambrol begitu saja seluruh isi kepala. Carut marut yang meranggas seperti setan yang sedang tertawa tawa, mengitari seluruh penjuru tanpa dapat tertangkap wujudnya. Begitu riuh dalam keheningan sebelum mengendap. Gelisah macam apa yang mengumbara? Amarah sekobar apa yang tak hilang segera; menyala dengan sorongan gaib yang tak tertunda, tak bersudah.

Ini aku yang dikepung hidupkah atau justru sedang terlampau pongah menentangnya. Mengincar rupa buruk dunia seperti membenamkan diri dalam bara. Jelas jelas aku terbakar. Rasa panas itu pasti, lepuh lepuh di kulit itu juga perih. Tapi soalnya adalah kenapa aku justru menetap ada dalam situasi tak beruntung ini. Adakah ia buah pilihan hidup itu atau malah kekalahan tragis yang bahkan menggelikan? Adakah ini benar benar aku sadari atau jangan jangan merupakan gejala sakit jiwa.

Tak pelak aku adalah milik dunia sedari kali pertamanya aku lahir. Dan dunia dipermilikkan kepadaku saat aku sudah mulai mengeja bentuk bumi, letak langit, bias cahaya, harum daun daun dan intensitas ombak. Juga perempuan perempuan, keluarga, handai taulan dan sanak tetangga. Aku mulai berfikir tentang apa yang aku nisbikan sebagai milik. Milik yang menjadikanku harus terus menata ulang definisi definisi yang cerai berai setelah dengan susah payah kususun. Karena tampaknya aku sendiri semakin tersadar betapa dunia juga kepunyaan yang lain, dan karenanya juga dunia berhak atas mereka.

Dalam hal ini kami sepadan, meski tak sekonyong konyong serupa. Aku bisa membahayakan diriku dan mereka dapat mengambil banyak. Dunia bermurah hati pada siapa saja. Tapi setiap kali kami mendapati kecenderungan dan tabiat yang berbeda. Muncullah para penjarah, mengambil apa saja yang tersedia, bahkan yang ada. Apa saja. Aku juga melihatnya. Tapi apa hendak kata; kami terang berbeda! Mereka mampu berbuat sesuatu yang kami tak bisa, bukan saja lantaran ketidaksamaan daya dan budi, tapi juga sebab hati mungkin terbuat dari materi dari susunan zat zat yang memang berbeda.

Sementara tiba tiba aku temui diriku seperti orang kalah berlaga. Pecundang murung yang pulang tanpa menjinjing harta maupun senjata, lebih lebih kalungan bunga. Hanya seorang kalah yang payah! Berakhir di sebuah balok kecil, di bawah pohon ceri di sebuah sore yang cerah. Jadi apa benar ini babak reruntuhan ataukah sebuah helatan upara perjanjian berupa fase kecil demi dimulainya epos besar yang lain? Entahlah, asap rokok ini pun masih saja tak diam, meliuk, melingkar lingkar dan lantas lenyap. Terus saja begitu, dan begitu berkali kurasa.

Jombang, 16 November 05
0 Comments:
Post a Comment
 
PERHATIAN! Berhubung ini blogger klasik mk ga da navigasi page PREVIOUS-NEXT nya. Jadi pake 'Archives' saja ya.. Thanks!


Video lainnya
Lee Kyung Hae
TERABAS (Breakthrough)
Hidden faces of Globalization
The Dapuranku
Previous Post
Archives
Teman-Teman
Link Exchange





KampungBlog.com - Kumpulan Blog-Blog Indonesia
Blogger Indonesia
Add to Technorati Favorites
baby-blog
blog-share
ini zaman anti teori

resep masakan indonesia
Women's Diary
EPBLOG
Politics blogs
Manifesto
FPPI
Runi
Tengku Dhani
Malang Blog
Kumpul Cerpen
Dee Idea
Tokoh Indo
Puisi Indo
BengkelVenorika
Malik
Ratna Ningsih
Majapahit
Komter 193
Ragil Ragil
Mbak Ratna
Sajaknesia
Alang Liar
Balimoonlight
Theatreonline
Team Support
Sabudi Prasetyo
Youliens
Hedwigpost
Cepeca
Andi Nur
Adi Suara
A P I
Fath Alhadromi
Sekolah Petani
Hidup Petani
Pecangkul










Lodzi
Copy Paste CODE berikut di page anda dan kami akan me-LINK balik

Free money making opportunity


Previous Posts
MIMPI KELAMMU | PETISI BURUNG BURUNG | HYMNE atas MARS | MANUSIA SENTOSA | MANIFESTO LELAKI |